Senin, 22 Juli 2013

Prospek laba dari tanaman liar penyembuh kanker

Pernahkah Anda mendengar keladi tikus? Tanaman bernama latin Typhonium flagelliforme ini kerap dijadikan tanaman hias. Ternyata selain bisa mempercantik taman, tanaman yang masuk keluarga talas ini punya khasiat sebagai pembunuh sel kanker.
Keladi tikus memiliki umbi putih, daun berbentuk segitiga, dan mahkota bunga yang panjang menyerupai ekor tikus. Nah, seluruh bagian tubuh tanaman ini bisa diolah sebagai obat.
Membudidayakan keladi tikus tidak sulit. Bahkan, bisa dibudidayakan di pekarangan rumah, maupun sawah “Keladi tikus sebenarnya tanaman liar, jadi mudah tumbuh di mana saja,” ujar Yohana Sri, pengelola Natur Indonesia, produsen kapsul keladi tikus di Bogor.
Yohana mulai membudidayakan keladi tikus sejak 2001 di lahan seluas satu hektare (ha) di Tulungagung, Jawa Timur. Ia terjun ke usaha budidaya keladi tikus lantaran melihat prospek yang menjanjikan. Dalam beberapa tahun terakhir, khasiat keladi tikus sebagai obat kanker telah terbukti.
Bahkan, masyarakat bisa dengan mudah mendapatkan informasi mengenai tanaman keladi tikus dan khasiatnya melalui ulasan di internet. Yohana mengolah sendiri tanaman tersebut menjadi obat berbentuk kapsul. Satu botol berisi 63 kapsul dijual seharga Rp 60.000.
Pembelinya tersebar di berbagai pelosok Tanah Air. Kebanyakan dari mereka merupakan konsumen langsung. Yohana mengaku, mampu meraup omzet sekitar Rp 30 juta dari menjual 500 botol kapsul keladi tikus per bulan.
Pembudidaya keladi tikus lainnya, Alvia Al-Hadi, berdomisili di Pontianak, Kalimantan Barat. Ia mengenal tanaman keladi tikus dari pamannya. “Paman memberi tahu, sebenarnya tanaman liar yang tumbuh di pekarangan rumah saya itu keladi tikus yang bisa mengobati kanker,” tuturnya.
Lantaran melihat potensi tanaman ini dan budidayanya yang tidak rumit, Alvi pun tertarik membudidayakannya. Lantas, mahasiswa Magister Teknik di Universitas Tanjungpura Pontianak ini mulai menanam keladi tikus di lahan seluas 250 meter persegi di rumahnya.
Kata Alvi, keladi tikus bisa dimanfaatkan mulai dari umbi, daun, dan batangnya. Tiap bulan, Alvi bisa memproduksi 75 kilogram tanaman keladi tikus. Hasilnya dijual kepada produsen kapsul keladi tikus di wilayah Kalimantan.
Alvi mengklaim, permintaan terus mengalir. Selain dari sekitar Kalimantan Barat, permintaan juga datang dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Memang, selain dibuat kapsul, keladi tikus juga bisa diolah menjadi jus, dengan khasiat yang sama:mengobati kanker. Alvi membanderol keladi tikus Rp 60.000 per kg. Jadi, rata-rata, ia bisa mengantongi omzet Rp 4,5 juta sebulan.

Bisnis salon pria






Tidak hanya perempuan yang memperhatikan penampilan. Kaum pria pun kian peduli dengan penampilan rapih dan gaya trendi. Salah satu yang mendukung tampilan mereka adalah bagian rambut. Makanya, memangkas rambut jadi semacam rutinitas yang dilakukan untuk tetap mengikuti tren.

Alhasil, bisnis salon khusus pria pun kian menggeliat, terutama di kota-kota besar. Semakin banyak pula pebisnis yang menawarkan kerjasama kemitraan. Tentunya, para pebisnis itu punya strategi khusus supaya bisa bersaing dan berkembang. Jika Anda tertarik menjajal usaha serupa, ada baiknya mencermati hasil ulasan KONTAN terhadap tiga kemitraan salon pria berikut ini.
Macho! Barber
Gerai perdana Macho! Barber didirikan di Yogyakarta sejak 2008 silam. Ketika tahun lalu KONTAN mengulas tawaran kemitraan ini, tercatat sudah ada 15 gerai. Rinciannya, empat gerai milik pusat, dan 11 gerai milik mitra.
Setelah setahun berselang, kini Macho! Barber punya 20 gerai. Enam gerai di antaranya milik pusat, sedangkan sisanya milik mitra. Mayoritas gerai tersebut tersebar di Yogyakarta dan Solo, Jawa Tengah.
Pemilik Macho! Barber, Hamid Mulyareja mengklaim,  ia tak hanya berkomitmen mengembangkan gerai milik mitra, tapi juga gerai milik sendiri. Hal ini sekaligus menjadi bukti, manajemen bisnisnya semakin kuat. “Pemilik usaha jangan hanya menambah mitra, tapi harus bisa membuktikan bisnisnya juga berkembang,” ujarnya.
Hamid bilang, pertumbuhan gerai cukup bagus lantaran mereka rajin promosi. Dengan bertambahnya jumlah mitra branding Macho! Barber pun semakin kuat. Namun, faktor terpenting adalah mempertahankan kualitas layanan dan memperkaya jenis layanan.
Jika dulu, gerai Macho! Barber hanya menawarkan jasa potong, keramas dan pijat, kini bertambah dua layanan lagi, yaitu jasa creambath dan pewarnaan rambut.
Seiring kenaikan berbagai harga barang, Hamid mengaku, tarif layanan di setiap gerai Macho! Barber pun  naik. Misalnya, tarif pangkas rambut naik dari Rp 6.000, menjadi Rp 10.000 per kepala. Sementara, jasa creambath dan pewarnaan rambut berkisar Rp 30.000 - Rp 35.000.
Adapun, harga paket kemitraan masih sama seperti tahun lalu. Macho! Barber menawarkan dua paket kemitraan, yakni senilai Rp 55 juta dan Rp 100 juta. Ada pula paket investasi senilai Rp 75 juta bagi mitra yang hanya mau menjadi investor alias menyerahkan pengelolaan gerai pada manajemen Macho! Barber.
Masing-masing paket ditawarkan dengan masa kerjasama lima tahun. Macho! Barber mengutip biaya royalti sebesar 5% dari omzet bulanan. Hamid memprediksi, mitra bisa menghasilkan omzet berkisar Rp 20 juta - Rp 50 juta per bulan. Dengan laba bersih 30% - 40%, mitra bisa kembali modal sekitar 12 bulan hingga 18 bulan.
Hamid membidik tambahan satu mitra setiap bulan. Untuk sementara, ia mengutamakan mitra yang berlokasi di Pulau Jawa. Pasalnya, pasar untuk usaha salon pria di wilayah  Jawa masih menjanjikan. Bahkan, ia berencana menambah lini bisnis barbershop khusus untuk anak-anak pada tahun depan.
Malvin Barbershop
Usaha pangkas rambut pria ini didirikan oleh Roi Achmadi di Denpasar, Bali sejak tiga tahun silam. Kemudian, mulai Mei 2012, ia membuka tawaran kemitraan.
Pertengahan tahun lalu, ketika KONTAN mengulas tawaran kemitraan ini, jumlah gerainya sudah ada empat. Semua gerai milik pusat. Dalam hitungan setahun terakhir, Roi berhasil menggaet lima mitra. Alhasil, kini sudah ada total 10 gerai Malvin Barbershop yang semuanya berlokasi di Bali.
Menurut Roi, supaya bisa berkembang dalam bisnis pangkas rambut pria, hal utama yang harus diperhatikan adalah kualitas hasil cukur.  Patokan sederhana ini akan membuat pelanggan kembali lagi ke tempat tersebut. “Kalau pelanggan keluar pintu, dan dia senyum, berarti saya anggap dia puas,” ujarnya.
Selain kualitas layanan, pelayanan yang ramah, serta tempat yang nyaman menjadi faktor pendukung kesuksesan sebuah bisnis salon pria. Makanya, Roi bilang, demi menjaga kualitas tersebut, ia tak  gegabah menambah gerai sebanyak mungkin. Targetnya sementara ini, hanya tambah satu gerai pada September mendatang.
Sejauh ini, Roi hanya menawarkan satu paket kemitraan. Namun, tahun ini, ia mengerek besaran investasi untuk kemitraan menjadi Rp 70 juta. Setahun lalu nilainya masih Rp 55 juta. “Kami menaikkan nilai investasi, karena harga alat-alat cukur juga naik semua,” ungkapnya.
Mitra berhak mendapatkan peralatan cukur lengkap, fasilitas tambahan berupa empat  unit kursi, dekorasi tempat, pendingin ruangan (air conditioner), neon box, dan layanan konsultasi. Selain itu, pihak pusat juga menyediakan tenaga cukur untuk mitra. Roi bilang hal ini untuk menjaga kualitas cukur di masing-masing gerai. “Tenaga cukur, manajemen, semua dari pusat,” tegas Roi.
Ia memproyeksikan, mitra Malvin Barbershop bisa kembali modal dalam waktu kurang dari setahun. Sekadar gambaran, Malvin Barbershop menawarkan dua jenis layanan, yaitu cukur rambut dan pengecatan rambut. Tarifnya mulai dari Rp 14.000 untuk jasa cukur rambut. Sedangkan untuk pengecatan rambut dipatok sebesar Rp 40.000.
Maxx Salon
Salon khusus pria ini milik pebisnis salon ternama,  Rudi Hadisuwarno. Sayangnya, sejauh ini, perkembangannya kurang moncer. Ketika diulas KONTAN tahun lalu, tercatat sudah ada 12 gerai Maxx Salon. Sampai sekarang, jumlahnya masih tetap sama, yaitu 12 gerai. Lokasinya tersebar di Jabodetabek, Aceh, Medan, dan Lombok.
Franchise Officer Maxx Salon Leonardus Endo bilang, semua gerai itu milik mitra, dan pihak pusat hanya mengontrol. Ia mengaku, tahun ini, Maxx Salon tidak getol menjaring mitra baru. "Kami fokus pada kualitas dan manajemen salon," tutur pria yang akrab disapa Leo ini.
Meski begitu, kata Leo, sejauh ini, sudah ada lima permintaan yang masuk untuk menjadi mitra. "Sedang kami proses, bahkan satu sudah proses survei ke tempat mitra," ungkapnya.
Manajemen pusat pun tetap berusaha meningkatkan pelayanan di gerai yang sudah beroperasi, dengan cara menambah jenis perawatan. Yang teranyar dengan mendatangkan peralatan facial khusus pria. Untuk menikmati perawatan di gerai Maxx Salon, kaum Adam harus merogoh kocek mulai dari Rp 75.000 hingga Rp 100.000.
Sejak awal tahun ini, manajemen Maxx Salon mengerek nilai investasi untuk menjadi mitra. Untuk menjadi mitra, wajib menyiapkan investasi sebesar Rp 280 juta, atau lebih mahal Rp 80 juta dibanding tahun sebelumnya.
Rinciannya, Rp 70 juta untuk biaya franchise. Lalu, sejumlah Rp 175 juta untuk investasi perlengkapan, biaya promosi Rp 10 juta, dan sisanya untuk biaya lain-lain.
Mitra Maxx Salon berhak mendapatkan interior dan perlengkapan salon. Selain itu, pihak pusat juga menyediakan sumber daya manusia (SDM) dan pelatihan bagi karyawan. "Tapi mitra harus cari lokasi sendiri," papar Leo.
Leo menilai, peluang di bisnis salon khusus pria masih sangat terbuka. Pasalnya, kesadaran terhadap penampilan semakin meningkat, terutama di kota-kota besar.

Sumber :  http://peluangusaha.kontan.co.id/news/bisnis-salon-pria-masih-klimis/2013/07/21