BAB I
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan organisasi, gaya kepemimpinan seorang pemimpin
adalah hal yang penting diperhatikan. Kepemimpinan dalam sebuah organisasi
dituntut untuk bisa membuat individu-individu dalam organisasi yang dipimpinnya
bisa berperilaku sesuai dengan yang diinginkan oleh pemimpin untuk mencapai
tujuan organisasi. Maka dari itu seorang pemimpin haruslah bisa memahami
perilaku individu-individu di dalam organisasi yang dipimpinnya untuk bisa
menemukan gaya kepemimpinan yang tepat bagi organisasinya.
Perilaku individu berbeda satu dengan yang lainnya. Hal ini
tergantung dari stimulus atau hal-hal yang bisa memotivasi individu tersebut
untuk berprilaku dan juga bagaimana individu tersebut mengelola menindaklanjuti
stimulus tersebut. Perbedaan inilah yang memunculkan adanya perilaku yang
bersifat positif dan negative.
Perilaku individu yang bersifat positif dan negative tersebut
tentunya juga berhubungan dengan gaya kepemimpinan. Hal tersebut dapat dilihat
pada teori perilaku yang dipaparkan oleh Douglas McGregor dalam buku The Human
Side of Enterprises (1983) yaitu teori X dan Y. Teori ini menyebutkan bahwa
individu terbagi menjadi dua karakteristik yang berbeda. Teori X mengasumsikan
individu bersifat negative dan teori Y mengasumsikan individu bersifat positif.
Salah satu asumsi dari teori X adalah kebanyakan orang harus dikontrol secara
ketat dan seringkali dipaksa untuk mencapai tujuan organisasi. Sedangkan asumsi
teori Y adalah kebanyakan orang bersifat self-directed dalam pekerjaannya jika
motivasi diberikan dengan cara yang tepat.
Gaya atau perilaku kepemimpinan terkait dengan karakteristik
tersebut. Gaya kepemimpinan menurut Kenneth Blanchard (1988, p.1) adalah pola perilaku
pada saat seseorang mencoba mempengaruhi orang lain dan mereka menerimanya.
Pemimpin dapat memimpin dengan gaya kepemimpinan yang disesuaikan dengan
perilaku teori X dan Y yang dimiliki oleh pegawai/ karyawannya. Penyesuaian ini
dibutuhkan agar pemimpin dapat memimpin dengan baik dan tepat sehingga tidak
salah arahan ataupun sasaran. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk
menjelaskan kesesuaian gaya kepemimpinan dengan perilaku individu dalam suatu
organisasi.
Perilaku merupakan basil hubungan antara perangsang (stimulus) dan
respon Skinner, cit. Notoatmojo 1993). Perilaku baru terjadi apabila ada
sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi, yakni yang disebut
rangsangan. Berarti rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku
tertentu. Perilaku manusia adalah aktivitas yang timbul karena adanya stimulus
dan respons serta dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung
(wartawarga.gunadarma.ac.id).
Individu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang
seorang; pribadi orang (terpisah dari yang lain), organisme yg hidupnya berdiri
sendiri, secara fisiologi ia bersifat bebas (tidak mempunyai hubungan organik
dengan sesamanya).
Perilaku individu dalam suatu organisasi adalah sikap dan tindakan
(tingkah laku) seorang manusia (individu) dalam organisasi sebagai ungkapan
dari kepribadian, persepsi dan sikap jiwanya, dimana bisa berpengaruh terhadap
prestasi (kerja) dirinya dan organisasi (one.indoskripsi.com).
Manusia atau juga disebut sebagai individu diciptakan berbeda satu
sama lain. Masing-masing memiliki keunikan tersendiri yang salah satunya dapat
terlihat dari perilaku mereka. Dalam suatu organisasi, terkadang kondisi ini
dapat menjadikan organisasi tersebut tidak bisa berjalan dengan efektif karena
masing-masing manusia di dalamnya memiliki perilaku yang berbeda. Inilah yang
menjadi tugas seorang pemimpin untuk bisa menyamakan perilaku individu-individu
di dalam organisasi yang dipimpinnya agar bisa memiliki perilaku yang sama dan
sangat mendukung pencapaian tujuan organisasi.
BAB
II
PEMBAHASAN
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI GAYA KEPEMIMPINAN
A.Holistik Atau Humanis
Holistik atau humanisme memandang bahwa perilaku itu bertujuan,
yang berarti aspek-aspek intrinsik (niat, motif, tekad) dari dalam diri
individu merupakan faktor penentu untuk melahirkan suatu perilaku, meskipun
tanpa ada stimulus yang datang dari lingkungan. Holistik atau humanisme
menjelaskan mekanisme perilaku individu dalam konteks what (apa), how
(bagaimana), dan why (mengapa). What (apa) menunjukkan kepada tujuan
(goals/incentives/purpose) apa yang hendak dicapai dengan perilaku itu. How
(bagaimana) menunjukkan kepada jenis dan bentuk cara mencapai tujuan
(goals/incentives/pupose), yakni perilakunya itu sendiri. Sedangkan why
(mengapa) menunjukkan kepada motivasi yang menggerakan terjadinya dan
berlangsungnya perilaku (how), baik bersumber dari diri individu itu sendiri
(motivasi instrinsik) maupun yang bersumber dari luar individu (motivasi
ekstrinsik)
Stimulus (rangsangan) berupa lingkungan, manusia, benda dan hal
lain yang bisa memotivasi organisme tersebut. Stimulus yang diberikan pada
organisme dapat diterima atau ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima
maka proses berhenti disini. Tetapi bila stimulus tersebut diterima oleh organisme
berarti stimulus tersebut efektif dan dilanjutkan kepada proses berikutnya.
Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan
untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap). Akhirnya
dengan adanya dukungan dan dorongan dari lingkungan maka stimulus tersebut
mempunyai efek tindakan dari individu berupa respon. Respon inilah yang disebut
dengan perilaku individu. Skiner kemudian membedakan adanya dua jenis respon
yaitu:
1. Respondent respon atau reflexsive, yaitu respon yang
ditimbulkan oleh rangsangan – rangsangan (stimulus) tertentu yang dapat
menimbulkan respon – respon yang relatif tetap. Misalnya makanan yang lezat
menimbulkan keinginan untuk makan, cahaya terang menyebabkan mata tertutup,
bagitu juga respon yang mencakup perilaku emosional.
2. Operant respon atau instrumental respon, yaitu respon yang
timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu
yang dapat memperkuat respon. Misalnya pemberian penghargaan terhadap pegawai yang
berprestasi dapat menjadikan pegawai tersebut terpacu untuk lebih baik lagi
dalam melaksanakan tugasnya.
B.Motivasi Individu
Motivasi adalah kondisi psikologis yang menimbulkan, mengarahkan,
dan mempertahankan tingkah laku tertentu (Pitrinch & Schunk, dalam Sukadji
& Singgih-Salim, 2001). Winkel (1996) menyatakan bahwa motivasi belajar
adalah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan
kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arahan
pada kegiatan belajar itu demi mencapai tujuan. Motivasi merupakan syarat
mutlak untuk belajar dan mempengaruhi arah aktivitas yang dipilih serta
intensitas keterlibatan seseorang dalam suatu aktivitas.
McClelland (dalam Sukadji dan Singgih-Salim, 2001) mengemukakan
bahwa manusia dalam berinteraksi dengan lingkungannya dipengaruhi oleh motif.
Ada 3 kelompok motif yang dikemukakan olehnya, yaitu :
§ Motif untuk berhubungan dengan orang lain
(Affiliation Motive), yaitu motif yang mengarahkan tingkah laku seseorang untuk
berhubungan dengan orang lain. Yang menjadi tujuan adalah suasana akrab dan
harmonis. Ciri-ciri orang dengan motif afiliasi tinggi adalah : senang berada
di dalam suasana akrab, risau bila harus berpisah dengan sahabat, berusaha
diterima kelompok, dalam bekerja atau belajar melihat dengan siapa ia bekerja
atau belajar.
§ Motif untuk berkuasa (Power Motive), yaitu motif
yang menyebabkan sieseorang ingin menguasai atau mendominasi orang lain dalam
berhubungan dengan orang lain dan cenderung bertingkah laku otoriter.
§ Motif untuk berprestasi, yaitu motif yang
mendorong seseorang untuk mencapai keberhasilan dalam bersaing dengan suatu
ukuran keunggulan, baik yang berasal dari standar prestasinya sendiri di waktu
lalu atau prestasi orang lain. Yang terpenting adalah bagaimana caranya ia
dapat mencapai suatu prestasi tertentu.
Motivasi individu dapat diartikan sebagai kekuatan (energi)
seseorang individu yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan antusiasmenya
dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu
itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi
ekstrinsik).
Seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu akan banyak
menentukan terhadap kualitas perilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks
belajar, bekerja maupun dalam kehidupan lainnya. Kajian tentang motivasi telah
sejak lama memiliki daya tarik tersendiri bagi kalangan pendidik, manajer, dan
peneliti, terutama dikaitkan dengan kepentingan upaya pencapaian kinerja
(prestasi) seseorang.
Dalam konteks studi psikologi, Abin Syamsuddin Makmun (2003)
mengemukakan bahwa untuk memahami motivasi individu dapat dilihat dari beberapa
indikator, diantaranya:
(1) Durasi kegiatan
(2) Frekuensi kegiatan
(3) Persistensi pada kegiatan
(4) Ketabahan, keuletan dan kemampuan dalam mengahadapi rintangan
dan kesulitan
(5) Devosi dan pengorbanan untuk mencapai tujuan
(6) Tingkat aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan yang
dilakukan
(7)
Tingkat kualifikasi prestasi atau produk (out put) yang dicapai dari kegiatan
yang dilakukan
(8) Arah sikap terhadap sasaran kegiatan.
C Bentuk Perilaku
Individu
Bentuk-bentuk perilaku individu tidak terlepas dari kepribadian
yang dimilikinya. Menurut teori psikoanalitik Sigmund Freud, kepribadian ini
terdiri dari tiga elemen, yaitu id, ego, dan superego. Ketiga kepribadian
inilah yang bekerja sama untuk menciptakan bentuk-bentuk perilaku manusia yang
kompleks.
1. Id adalah satu-satunya komponen kepribadian yang hadir sejak
lahir. Aspek kepribadian sepenuhnya sadar dan termasuk dari perilaku naluriah
dan primitif. Menurut Freud, id adalah sumber segala energi psikis, sehingga
komponen utama kepribadian. Id didorong oleh prinsip kesenangan, yang berusaha
untuk kepuasan segera dari semua keinginan, keinginan, dan kebutuhan. Jika
kebutuhan ini tidak puas langsung, hasilnya adalah kecemasan segera atau
ketegangan. Namun, segera memuaskan kebutuhan ini tidak selalu realistis atau
bahkan mungkin. Jika kita diperintah seluruhnya oleh prinsip kesenangan, kita
mungkin menemukan diri kita meraih hal-hal yang kita inginkan dari tangan orang
lain untuk memuaskan keinginan kita sendiri. Perilaku semacam ini akan baik
mengganggu dan sosial tidak dapat diterima. Menurut Freud, id mencoba untuk
menyelesaikan ketegangan yang diciptakan oleh prinsip kesenangan melalui proses
utama, yang melibatkan pembentukan citra mental dari objek yang diinginkan
sebagai cara untuk memuaskan kebutuhan.
2. Ego adalah komponen kepribadian yang bertanggung jawab untuk
menangani dengan realitas. Menurut Freud, ego berkembang dari id dan memastikan
bahwa dorongan dari id dapat dinyatakan dalam cara yang dapat diterima di dunia
nyata. Fungsi ego baik di pikiran sadar, prasadar, dan tidak sadar. Ego bekerja
berdasarkan prinsip realitas, yang berusaha untuk memuaskan keinginan id dengan
cara-cara yang realistis dan sosial yang sesuai. Prinsip realitas beratnya
biaya dan manfaat dari suatu tindakan sebelum memutuskan untuk bertindak atas
atau meninggalkan impuls. Dalam banyak kasus, impuls id itu dapat dipenuhi melalui
proses menunda kepuasan – ego pada akhirnya akan memungkinkan perilaku, tetapi
hanya dalam waktu yang tepat dan tempat.
3. Komponen terakhir untuk mengembangkan kepribadian adalah
superego. superego adalah aspek kepribadian yang menampung semua standar
internalisasi moral dan cita-cita yang kita peroleh dari kedua orang tua dan
masyarakat – kami rasa benar dan salah. Superego memberikan pedoman untuk
membuat penilaian.
Dengan kekuatan bersaing begitu banyak, mudah untuk melihat
bagaimana konflik mungkin timbul antara ego, id dan superego. Freud menggunakan
kekuatan ego istilah untuk merujuk kepada kemampuan ego berfungsi meskipun
kekuatan-kekuatan duel. Seseorang dengan kekuatan ego yang baik dapat secara
efektif mengelola tekanan ini, sedangkan mereka dengan kekuatan ego terlalu
banyak atau terlalu sedikit dapat menjadi terlalu keras hati atau terlalu
mengganggu.
Perilaku individu terdiri dari berbagai macam bentuk, tergantung
dari aspek mana dilihatnya, seperti perilaku termotivasi, perilaku tidak
termotivasi, perilaku reflek, perilaku otomatis, perilaku yang dipelajari,
perilaku instingtif, dan sebagainya. Secara psikologi, bentuk-bentuk perilaku
individu yaitu berupa:
§ Perilaku sadar (yaitu perilaku yang melalui
kerja otak dan pusat susunan syaraf). Perilaku sadar ini hanya sekitar 40% yang
dialami oleh manusia
§ Perilaku tidak sadar (perilaku yang sopan atau
instingtif). Perilaku ini terjadi di ambang sadar atau alam tidak sadar.
Perilaku tidak sadar ini biasanya untuk menyimpan semua harapan, keinginan, dan
ketakutan manusia
§ Perilaku tampak dan tidak tampak
§ Perilaku sederhana dan kompleks
§ Perilaku kognitif, afektif, konatif, dan
psikomotor
Selain itu terdapat pula bentuk-bentuk perilaku dilihat dari jenis
responnya, yaitu:
§ Perilaku pasif (respons internal): Perilaku yang
sifatnya masih tertutup, terjadi dalam diri individu dan tidak dapat diamati
secara langsung. Perilaku ini sebatas sikap belum ada tindakan yang nyata.
Contoh : berpikir, berfantasi, berangan-angan.
§ Perilaku aktif (respons eksternal): Perilaku
yang sifatnya terbuka. Perilaku aktif adalah perilaku yang dapat diamati
langsung, berupa tindakan nyata. Contoh: mengerjakan ulangan, membaca buku
pelajaran.
TIPE
DAN GAYA KEPEMIMPINAN
1.TipeOtokratik
Semua ilmuwan yang berusaha memahami segi kepemimpinan otokratik mengatakan bahwa pemimpin yang tergolong otokratik dipandang sebagai karakteritik yang negatif.
Dilihat dan persepsinya seorang pemimpin yang otokratik adalah seseorang yang sangat egois. Seorang pemimpin yang otoriter akan menujukan sikap yang menonjolkan keakuannya. antara lain dalam bentuk:
Semua ilmuwan yang berusaha memahami segi kepemimpinan otokratik mengatakan bahwa pemimpin yang tergolong otokratik dipandang sebagai karakteritik yang negatif.
Dilihat dan persepsinya seorang pemimpin yang otokratik adalah seseorang yang sangat egois. Seorang pemimpin yang otoriter akan menujukan sikap yang menonjolkan keakuannya. antara lain dalam bentuk:
a).Kecenderungan memperlakukan para
bawahannya sama dengan alat-alat lain dalam organisasi. seperti mesin dan
dengan demikian kurang menghargai harkat dan martabat mereka.
b).Pengutamaan orientasi terhadap
pelaksanaan dan penyelesaian tugas tanpa mengkaitkan pelaksanaan tugas itu
dengan kepentingan dan kebutuhan para bawahannya.
c).Pengabaian peranan para bawahan
dalam proses pengambilan keputusan.
Gaya kepemimpinan yang dipergunakan
pernimpin yang otokratik antara lain:
- Menuntut ketaatan penuh dan para bawahannya
- Dalam menegakkan disiplin menunjukkan keakuannya
- Bernada keras dalam pemberian perintah atau instruksi
- Menggunakan pendekatan punitif dalam hal terhadinya penyimpangan oleh bawahan.
- Menuntut ketaatan penuh dan para bawahannya
- Dalam menegakkan disiplin menunjukkan keakuannya
- Bernada keras dalam pemberian perintah atau instruksi
- Menggunakan pendekatan punitif dalam hal terhadinya penyimpangan oleh bawahan.
2. Tipe Paternalistik
Tipe pemimpin paternalistik hanya terdapat di lingkungan masyarakat yang bersifat tradisional, umumnya dimasyarakat agraris. Salah satu ciri utama masyarakat tradisional ialah rasa hormat yang tinggi yang ditujukan oleh para anggota masyarakat kepada orang tua atau seseorang yang dituakan.
Pemimpin seperti ini kebapakan, sebagai tauladan atau panutan masyarakat. Biasanya tokoh - tokoh adat, para ulama dan guru. Pemimpin ini sangat mengembangkan sikap kebersamaan.
Tipe pemimpin paternalistik hanya terdapat di lingkungan masyarakat yang bersifat tradisional, umumnya dimasyarakat agraris. Salah satu ciri utama masyarakat tradisional ialah rasa hormat yang tinggi yang ditujukan oleh para anggota masyarakat kepada orang tua atau seseorang yang dituakan.
Pemimpin seperti ini kebapakan, sebagai tauladan atau panutan masyarakat. Biasanya tokoh - tokoh adat, para ulama dan guru. Pemimpin ini sangat mengembangkan sikap kebersamaan.
3. Tipe Kharismatik
Tidak banyak hal yang dapat disimak dan literatur yang ada tentang kriteria kepemimpinan yang kharismatik. Memang ada karakteristiknya yang khas yaitu daya tariknya yang sangat memikat sehingga mampu memperoleh pengikut yang jumlahnya kadang-kadang sangat besar. Tegasnya seorang pemimpin yang kharismatik adalah seseorang yang dikagumi oleh banyak pengikut meskipun para pengikut tersebut tidak selalu dapat menjelaskan secara konkret mengapa orang tersebut dikagumi.
Tidak banyak hal yang dapat disimak dan literatur yang ada tentang kriteria kepemimpinan yang kharismatik. Memang ada karakteristiknya yang khas yaitu daya tariknya yang sangat memikat sehingga mampu memperoleh pengikut yang jumlahnya kadang-kadang sangat besar. Tegasnya seorang pemimpin yang kharismatik adalah seseorang yang dikagumi oleh banyak pengikut meskipun para pengikut tersebut tidak selalu dapat menjelaskan secara konkret mengapa orang tersebut dikagumi.
4.
Tipe Laissez Faire
Pemimpin ini berpandangan bahwa umumnya organisasi akan berjalan lancar dengan sendirinya karena para anggota organisasi terdiri dan orang-orang yang sudah dewasa yang mengetahui apa yang menjadi tujuan organisasi, sasaran-sasaran apa yang ingin dicapai, tugas apa yang harus ditunaikan oleh masing-masing anggota dan pemimpin tidak tertalu sering intervensi.Gaya kepemimpinan kendali bebas mendeskripsikan pemimpin yang secara keseluruhan memberikan karyawannya atau kelompok kebebasan dalam pembuatan keputusan dan menyelesaikan pekerjaan menurut cara yang menurut karyawannya paling sesuai (Robbins dan Coulter, 2002, p. 460).
Pemimpin ini berpandangan bahwa umumnya organisasi akan berjalan lancar dengan sendirinya karena para anggota organisasi terdiri dan orang-orang yang sudah dewasa yang mengetahui apa yang menjadi tujuan organisasi, sasaran-sasaran apa yang ingin dicapai, tugas apa yang harus ditunaikan oleh masing-masing anggota dan pemimpin tidak tertalu sering intervensi.Gaya kepemimpinan kendali bebas mendeskripsikan pemimpin yang secara keseluruhan memberikan karyawannya atau kelompok kebebasan dalam pembuatan keputusan dan menyelesaikan pekerjaan menurut cara yang menurut karyawannya paling sesuai (Robbins dan Coulter, 2002, p. 460).
Menurut
Sukanto (1987) ciri-ciri gaya kepemimpinan kendali bebas (pp.196-198) :
1.Kebebasan
penuh bagi keputusan kelompok atau individu dengan partisipasi minimal dari
pemimpin.
2.Bahan-bahan yang
bermacam-macam disediakan oleh pemimpin yang membuat orang selalu siap bila dia
akan memberi informasi pada saat ditanya.
3.
Sama sekali tidak ada partisipasi dari pemimpin dalam penentuan tugas.
4.Kadang-kadang memberi
komentar spontan terhadap kegiatan anggota atau pertanyaan dan tidak bermaksud
menilai atau mengatur suatu kejadian.
Ciri-ciri
gaya kepemimpinan kendali bebas (Handoko dan Reksohadiprodjo, 1997, p. 304):
1.
Pemimpin membiarkan bawahannya untuk mengatur dirinya sendiri.
2.
Pemimpin hanya menentukan kebijaksanaan dan tujuan umum.
3. Bawahan dapat mengambil keputusan
yang relevan untuk mencapai tujuan dalam segala hal yang mereka anggap cocok.
Karakteristik dan Gaya Kepemimpinan tipe ini adalah:
Karakteristik dan Gaya Kepemimpinan tipe ini adalah:
a). Pendelegasian wewenang terjadi
secara ekstensif
b). Pengambilan
keputusan diserahkan kepada para pejabat pimpinan yang lebih rendah dan kepada
petugas operasional, kecuali dalam hal-hal tertentu yang nyata-nyata menuntut keterlibatannya langsung.
c).
Status quo organisasional tidak terganggu
d). Penumbuhan
dan pengembangan kemampuan berpikir dan bertindah yang inovatif diserahkan kepada para anggota organisasi yang bersangkutan
sendiri.
e). Sepanjang
dan selama para anggota organisasi menunjukkan perilaku dan prestasi kerja yang memadai, intervensi
pimpinan dalam organisasi berada pada tingkat yang minimum.
5. Tipe Demokratik
a). Pemimpin
yang demokratik biasanya memandang peranannya selaku koordinator dan integrator
dan berbagai unsur dan komponen organisasi.
b). Menyadari
bahwa mau tidak mau organisasi harus disusun sedemikian rupa sehingga menggambarkan
secara jelas aneka ragam tugas dan kegiatan yang tidak bisa tidak harus dilakukan demi tercapainya tujuan.
c). Melihat kecenderungan adanya
pembagian peranan sesuai dengan tingkatnya.
d). Memperlakukan
manusia dengan cara yang manusiawi dan menjunjung harkat dan martabat manusia
e). Seorang pemimpin demokratik
disegani bukannya ditakuti.
BAB
III
KESIMPULAN
Gaya kepemimpinan menurut Kenneth Blanchard (1988, p.1) adalah
pola perilaku pada saat seseorang mencoba mempengaruhi orang lain dan mereka
menerimanya.
Kepemimpinan dalam
sebuah organisasi dituntut untuk bisa membuat individu-individu dalam
organisasi yang dipimpinnya bisa berperilaku sesuai dengan yang diinginkan oleh
pemimpin untuk mencapai tujuan organisasi. Maka dari itu seorang pemimpin
haruslah bisa memahami perilaku individu-individu di dalam organisasi yang
dipimpinnya untuk bisa menemukan gaya kepemimpinan yang tepat bagi
organisasinya.
Bentuk-bentuk perilaku
individu tidak terlepas dari kepribadian yang dimilikinya. Menurut teori
psikoanalitik Sigmund Freud, kepribadian ini terdiri dari tiga elemen, yaitu
id, ego, dan superego. Ketiga kepribadian inilah yang bekerja sama untuk
menciptakan bentuk-bentuk perilaku manusia yang kompleks.
Beberapa gaya
kepemimpinan diantaranya adalah:
1.TipeOtokratik
Semua ilmuan yang berusaha memahami segi kepemimpinan otokratik mengatakan bahwa pemimpin yang tergolong otokratlk dipandang sebagai karakteritik yang negatif.
Dilihat dan persepsinya seorang pemimpin yang otokratik adalah seseorang yang sangat egois. Seorang pemimpin yang otoniter akan menujukan sikap yang menonjolkan keakuannya. antara lain dalam bentuk.
Semua ilmuan yang berusaha memahami segi kepemimpinan otokratik mengatakan bahwa pemimpin yang tergolong otokratlk dipandang sebagai karakteritik yang negatif.
Dilihat dan persepsinya seorang pemimpin yang otokratik adalah seseorang yang sangat egois. Seorang pemimpin yang otoniter akan menujukan sikap yang menonjolkan keakuannya. antara lain dalam bentuk.
2. Tipe Paternalistik
Tipe pemimpin paternal istik hanya terdapat di lingkungan masyarakat yang bersifat tradisional, umumnya dimasyarakat agraris. Salah satu ciri utama masuarakat tradisional ialah rasa hormat yang tinggi yang ditujukan oleh para anggiota masyarakat kepada orang tua atau seseorang yang dituakan
Tipe pemimpin paternal istik hanya terdapat di lingkungan masyarakat yang bersifat tradisional, umumnya dimasyarakat agraris. Salah satu ciri utama masuarakat tradisional ialah rasa hormat yang tinggi yang ditujukan oleh para anggiota masyarakat kepada orang tua atau seseorang yang dituakan
3. Tipe Kharismatik
Tidak banyak hal yang dapat disimak dan literatur yang ada tentang kriteria kepemimpinan yang kharismatik. Memang ada karakteristiknya yang khas yaitu daya tariknya yang sangat memikat sehingga mampu memperoleh pengikut yang jumlahnya kadang-kadang sangat besar.
Tidak banyak hal yang dapat disimak dan literatur yang ada tentang kriteria kepemimpinan yang kharismatik. Memang ada karakteristiknya yang khas yaitu daya tariknya yang sangat memikat sehingga mampu memperoleh pengikut yang jumlahnya kadang-kadang sangat besar.
4. Tipe Laissez Faire
Pemimpin ini berpandangan bahwa umumnya organisasi akan berjalan lancar dengan sendininya karena para anggota organisasi terdiri dan orang-orang yang sudah dewasa yang mengetahui apa yang menjadi tujuan organisasi, sasaran-sasaran apa yang ingin dicapai, tugas apa yang harus ditunaikan oleh masing-masing anggota dan pemimpin tidak tertalu sering intervensi.Gaya kepemimpinan kendali bebas mendeskripsikan pemimpin yang secara keseluruhan memberikan karyawannya atau kelompok kebebasan dalam pembuatan keputusan dan menyelesaikan pekerjaan menurut cara yang menurut karyawannya paling sesuai (Robbins dan Coulter, 2002, p. 460). 5. Tipe
Pemimpin ini berpandangan bahwa umumnya organisasi akan berjalan lancar dengan sendininya karena para anggota organisasi terdiri dan orang-orang yang sudah dewasa yang mengetahui apa yang menjadi tujuan organisasi, sasaran-sasaran apa yang ingin dicapai, tugas apa yang harus ditunaikan oleh masing-masing anggota dan pemimpin tidak tertalu sering intervensi.Gaya kepemimpinan kendali bebas mendeskripsikan pemimpin yang secara keseluruhan memberikan karyawannya atau kelompok kebebasan dalam pembuatan keputusan dan menyelesaikan pekerjaan menurut cara yang menurut karyawannya paling sesuai (Robbins dan Coulter, 2002, p. 460). 5. Tipe
5. Demokratik
Pemimpin yang demokratik biasanya
memandang peranannya selaku koordinator dan integrator dan berbagai
unsur dan komponen organisasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar